Menyingsing lah lengannya, mengepallah tangannya. Dengan segenggam jimat pelindungnya, meloncatlah ia dengan sejuta gayanya yang indah ke dalam lintasan air beriak-riak itu. Tanpa jeda, teruslah ia berpacu mengikuti arus deras air itu. Cepat, dan terus bertambah cepat rupanya. Lupalah ia dengan rasa takutnya, rasa waspadanya, rasa khawatirnya. Ia ikuti terus laju air itu. Tak tahu kemana ia kan bermuara. Walau dadanya sudah menghantam beberapa bebatuan sepanjang jalan, walau kakinya pun terseret kerikil kecil nan tajam.
Tiba-tiba kakinya menapak. Air tampak begitu jernih. Ikan-ikan berenang tak karuan arahnya. Aneh. Bermimpikah ia? Ia cubit tangannya. Tidak. Ia sepenuhnya tersadar. Lalu arus deras apa yang baru saja ia lewati? Benarkah ini arus yang tadi? Tak salahkah ia? Melenceng kah aliran air ini?
Berbaliklah pandangannya ke arah depan. Tak ada guna memikirkan masa lampau. Rupanya ada pemandangan mengherankan. Kini ia melihat aliran ini terbagi menjadi 2. Mengintiplah ia. Takut-takut ia menerka, siapa tahu itu jebakan.
Lalu ia pun tersadar, entah kolam nan indah ataukah air terjun deras, hanya itu pilihannya. Melangkah mundur lah ia.
Bersandar pada batu yang tadi menghantam dadanya.
Dengan jimat pelindung dalam genggaman tangan mungilnya.
Bersiap menentukan tujuan selanjutnya.
No comments:
Post a Comment