Tuhan, maafkan atas ketidakmampuanku untuk merangkai kata-kata seindah kata-kataMu.
Tuhan, jika benar (dan aku percaya benar) Kau adalah Sang Maha Mengetahui, itu artinya kata-kata ini sebenarnya sudah sering Kau dengar.
Tuhan, izinkan aku bercerita, bertanya, dan sedikit meminta.
Tuhan, apakah aku salah jika aku tak pernah merasa puas?
Salahkah aku jika aku tak percaya dengan adanya batasan?
Sesungguhnya aku takut sekali jika batasan itu benar-benar ada dan aku harus bertemu dengannya,
karena aku tak mau tahu apa itu batasanku.
Aku tak mau tahu kalau aku punya batasan kemampuan.
Aku ingin memiliki kemampuan tuk melakukan segala hal lebih baik daripada orang lain.
Tetapi, Tuhan, aku memang pecundang.
Aku menghindari bertemu dengan batasanku.
Aku tak pernah memberi usaha terbaik, dan terkerasku.
Karena aku takut, ketika usaha terbaikku sudah kuberikan,
tetapi aku masih tak mampu menjadi yang terbaik,
aku akan sadar bahwa kemampuanku ada batasannya,
dan aku akan marah pada diriku sendiri untuk batasan itu.
Tuhan, apakah ini yang disebut mencurangi diri sendiri?
Jika aku memang jahat pada diriku sendiri,
apakah dengan melakukan hal yang kutahu akan membuat diriku membenci aku sendiri,
aku melakukan hal yang lebih terpuji dari yang kulakukan saat ini?
Tuhan, aku tahu pasti bahwa Kau sudah banyak memberi kepadaku.
Aku mencintai, mensyukuri semua pemberianMu selama ini.
Tetapi, Tuhan, aku butuh bimbinganMu untuk mencintai, serta mensyukuri yang satu ini,
yaitu diriku sendiri.
Aku terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengutuk diri ini,
karena hal-hal yang kurasa bodoh karena kulakukan.
Mungkin termasuk hal yang kuceritakan di atas tadi, Tuhan.
Aku tahu ini hina, karena aku, bagaimanapun juga, adalah ciptaanMu.
Tetapi, Tuhan, aku berani bersumpah, bahwa tak pernah ada niat untuk mengutukMu,
atau mengutuk keputusanMu untuk memperbolehkan setan dan iblis itu untuk berusaha menggerogoti diri manusia.
Tuhan, aku tak tahu mana benar mana tidak,
bahkan tak tahu apakah menulis kata-kata ini benar dimataMu.
Aku sungguh butuh bimbinganMu.
Pikiranku yang meracau, hatiku yang berubah-ubah,
ingin rasanya aku serahkan saja padaMu.
Aku takut berjalan di jalan yang salah.
Aku takut mempercayai yang salah.
Aku takut jika aku harus berkata apa yang kupercaya, namun tak sesuai dengan hati.
Tuhan, Sesungguhnya Kau Maha Mengetahui,
Kau tahu betapa aku sering berusaha membohongi diriku sendiri, dan orang lain.
Kukatakan aku merasa begini dan begitu,
ketika sesungguhnya aku pun tak tahu apa yang aku rasakan.
Aku sungguh tak tahu, Tuhan.
Hatiku tidak seperti novel yang ceritanya sejalan,
melainkan buku cerita anak yang memiliki banyak cerita di dalamnya.
Sungguh, aku lelah menyandarkan diriku pada manusia lainnya.
Aku bosan merasa kecewa pada manusia yang kupercaya sebelumnya,
yang lalu akan membuatku kecewa pada diriku sendiri karena telah percaya.
Maka izinkan aku memohon padaMu seorang, Tuhan.
Bimbinglah aku,
agar pada akhirnya,
pada akhir dari yang terakhir,
segala yang kurasa, kupikirkan, dan kulakukan,
bagaimanapun itu terasa menyiksa bagiku,
seperti malam ini yang terasa seperti suara bass pada drum yang amat terasa berat dan sakit di hati,
akhirnya hanya menuju padaMu seorang.
Dengan cinta dan harapan setulus-tulusnya,
aku,
si penakut dan pecundang terbesar,